salam bahagia

TEMU JIWA, TUJU BAHAGIA

Dan satu persatu jiwa itu mendapatkan pasangannya. Laksana cerita dalam novel ayat-ayat cinta, sang Mesirpun mulai menambatkan seluruh cintanya pada sang Nil. Sangat berirama terasa nafas hidupnya. Dari kesendirian yang menjemukan menunggu belahan jiwa yang dinantikan, sampai pada sebuah jenak dimana permadani dihamparkan. Segala godaan dunia ditaklukkan demi mendapatkan Nil yang terindah. Yah, semuanya mulai menapaki kehidupannya sendiri-sendiri dengan tanpa sendiri lagi. Mahligai pernikahan yang pintunya dipermudah oleh Alloh untuk dibuka telah mereka singkap dengan janji yang sangat indah. Sangat sakral. Teramat suci. Untuk terus bersama. Terus berdua. Sampai tua. Selamanya.
Pelaminan, merupakan akhir dari sebuah pencarian jiwa yang sedang dilanda cinta. Cinta jiwa, begitu ustadz Anis Matta menyebutnya. Cinta yang harus menuju kepada pelaminan. Karena cinta jiwa mempunyai romantikanya sendiri yang bahkan kita sendiripun tidak mengetahuinya. Inilah yang menjadi alasan kenapa kadang cinta tak memerlukan alasan atau kenapa orang tidak tahu mengapa dia mencintai orang lain. Yang cinta ini menjadi awal dari sebuah cerita cinta yang lahir di dunia. Entah itu yang tragis, ataupun melankolik sungguh sangat indah. Seperti kisah cinta seorang Siti yang berdarah-darah karena tak menemukan cinta jiwanya yang ia tambatkan pada seorang Salim. Atau cerita terindah Laila menemukan tempat kepalanya disandarkan pada dada seorang Majnun. Juga cerita dari Nashr bin Hajjaj di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Nashr, seorang pemuda yang sangat tampan dan sholeh, juga kalem. Seorang pemuda yang kemudian meninggal lantaran cinta jiwanya bersemi di lahan seorang wanita yang sudah mempunyai suami. Cinta yang bersemi di lahan yang salah. Cinta yang tak mungkin bersatu. Inilah yang menjadi alasan kenapa kemudian cinta jiwa menghapus kaidah cinta tak selamanya harus memiliki.
Karena cinta begitu sakral, maka sang pencintapun sudah selayaknya harus berhati-hati menjaga cintanya. Apalagi cinta jiwanya. Tempat dimana semua keluh kesah, ratapan dan rintihan yang menyatu bersandar. Yang dari situ kemudian tercipta sebuah anyaman baru bernama keluarga. Keluarga tempat dimana semua rasa menjadi satu. Tempat semua tuntutan bersatu. Untuk menjadikan beberapa perbedaan bukan disamakan tapi di kelola dengan baik. Dengan satu harapan. Bahagia sampai akhir zaman. Karena jiwa telah menemukan pasangannya, maka jiwa berhak menemukan bahagia dari setiap pasangannya (dengan tanpa mengesampingkan batu-batu terjal ditengah jalan). Karena memang itulah harapan dari dua jiwa yang menyatu.

Teriring do’a semoga selalu bahagia bersama pasangannya bagi:
Andre & Sofiah
Septa & Bindu
Budiman & …….
Yusni & Baso
Maria Ulfa & Herman
“Barokallohu lakuma wa baa roka ‘alaikuma, wa jaama’a kuma fi khoirin”

Nb: Maaf bagi teman-teman yang udah nikah tapi belum disebutkan. Bukan disengaja, tapi lebih karena kurangnya informasi. Juga buat yang bertanda titik, itu lebih disebabkan karena ketidaktahuan.



Amin Musthofa, S. Ts
Sang pengemban cinta misi,
Pencari cinta jiwa hakiki.



Postingan Populer